Tulisan ini bukanlah review apalagi kritikan berat. Karena saya bukanlah seorang musisi atau ahli tata panggung. Saya menulis ini dari sudut pandang seorang Teman Tulus, sebutan fans Tulus, yang merasa jatuh cinta pada lagu lagu Tulus bahkan sebelum melihat sosok Tulus.
#KonserGajahTULUS Yogyakarta adalah rangkaian terakhir setelah Bandung dan Jakarta. Setelah rilis album Gajah, beberapa kali Tulus diundang ke Semarang dan beberapa kali pula saya tidak dapat menyaksikannya. Itulah kenapa saya sangat meluangkan waktu untuk bisa datang ke #KonserGajahTULUS Yogyakarta. Saya cukup beruntung dengan hanya membeli tiket festival seharga 175 ribu, saya bisa sejajar dengan mereka yang berada di VVIP, first row, ya beda nya mereka duduk saya berdiri dan dibatasi pagar. Tidak masalah bagi saya. Karena ayolah, ini konser bukan kondangan. We need to sing aloud and dance, right??
Terjadwal 18.30 WIB, gate baru dibuka sekitar 19.45 WIB. Otomatis konser pun molor satu jam. Diawali dengan pemutaran video perjalanan karir Tulus di industri musik dan parade 17 personil band dengan kostum nuangsa white-goldnya, Tulus muncul dari layar yang terbelah. Di situ saya merasa konser ini di buka dengan sangat dramatis! I Love it. Teriakan histeris para Teman Tulus? Jangan tanya. Saya bisa di bilang salah satu yang paling lepas urat malunya. Tanpa pacar dan di kota yang saya tidak kenal orang-orangnya, puas saya berteriak malam itu.
Mba sama mas nya pacaran apa nonton konser? oh dua duanya. |
Lagu pertama adalah lagu yang sama di track 1 album Gajah, Baru. Cukup membuat saya bergoyang dan bernyanyi bahagia. Saya saja? Semoga tidak. Satu pasang di depan saya sedang asik berpelukan, dan beberapa di sekitar saya hanya diam. Mungkin masih malu atau justru tidak mengerti lagunya.
Suasana makin kondusif untuk singalong and dance (setidaknya bagi saya) dengan lagu Diorama, Bumerang dan Gajah. Di lagu 1 Hari Di Bulan Juni, suasana sedikit melunak, dan Tulus dengan cerdasnya memanfaatkan ini untuk mengajak penonton ber-koor ria. Dua lagu berdurasi masing-masing dua menitan dari album pertamanya digabungkan dengan sangat nge-blend, Teman Pesta dan Kisah Sebentar. Ya, kebanyakan Teman Pesta yang berlanjut ke hubungan setelah pesta memang hanya bertahan menuliskan Kisah Sebentar saja. #apasih #abaikan
Setting panggung yang dominan putih kemudian ditambahi satu set meja kursi kayu. Beberapa pemain band turun ke belakang, tersisa beberapa yang kemudian duduk di kursi bersama Tulus, ber-acapela membawakan Tuan Nona Kesepian dan Mengagumimu Dari Jauh. Anda tidak akan mendapatkan lagu yang terakhir di album pertama maupun kedua Tulus. Ini adalah demo yang Tulus buat untuk diajukan ke major label di awal karir musiknya yang belum mendapatkan sambutan hangat. “Entah bagaimana bisa bocor ke internet.”, curhat Tulus. Di lagu ini juga Tulus menepati janjinya di awal konser, bahwa ia akan mengulang lagu yang liriknya salah. Hahaha, mungkin karena jarang dibawakan ya.
Lagu berikutnya diiringi alunan akustik, Bunga Tidur, ini adalah lagu favorit Tulus yang juga favorit saya. Mungkin kita berjodoh. Hahaha…
Sesi acapela dan akustik cukup, Tulus mengundang Ari Renaldi, sang produser dan dua pemain Bass dan Biola. Tanggal Merah dimainkan dengan iringan mereka bertiga. Hal baru yang saya lihat adalah properti yang dimainkan Ari Renaldi, kertas, meja dan semacam stik dengan ujung lebar, apa itu namanya? Hahaha, maklum ya… Di tengah-tengah lagu, mereka menyisipkan melodi Gundul-Gundul Pacul dan Cublak-Cublak Suweng, entah ini juga dimainkan di dua kota sebelumnya atau tidak, tapi inilah bagian yang Jogja banget. Saya teringat pendapat teman saya yang mengatakan konser Tulus sama dengan mendengarkan CD nya. Saya kira, dia belum melihat bagian ini, atau yang dia tonton adalah penampilan Tulus di luar Konser Gajah.
Nuansa Jogja banget juga disampaikan Tulus lewat Bengawan Solo. Ini lagu yang tidak dibawakan Tulus di dua kota sebelumnya. Hanya tiga kali Tulus menyanyikan lagu ini di panggung dan berencana mengurus perijinan untuk memasukkannya ke album ketiga. Ide yang menarik.
Suasana kembali memanas ketika Tulus menyanyikan Jatuh Cinta, tapi kembali sendu ketika Teman Hidup. Ini momen yang digunakan teman-teman di VVIP, VIP dan VIP B untuk maju ke depan memberikan boneka, bunga, dan cokelat untuk Tulus. Beruntung, satu diantara mereka diundang ke panggung untuk berfoto bersama. Iri? Pasti!!
Satu video klip telah dibuat Tulus beberapa hari yang lalu di Gunung Merapi. Dalam beberapa hari ke depan akan diupload dan lagi-lagi Tulus mengajak Teman Tulus untuk berpartisipasi, kali ini dalam pembuatan lirik. Selain ajakan membuat lirik, Tulus juga menyarankan untuk menonton 3 Nafas Likas, film yang menurutnya mempunyai sinematografi yang bagus. Lekas, soundtracak film tersebut dibawakan kemudian. Lagu yang terdengar masih asing di telinga.
Puncak konser ini dimulai dari Lagu Untuk Matahari, saya kira. Tulus membuat histeris penonton di Festival dengan turun panggung dan menyalaminya. Sayang, saya lagi-lagi tidak beruntung. Kemudian 1000 Tahun Lamanya, Sewindu dan Sepatu. Penonton di depan dan sekeliling saya mulai ikut berjoget dan suara koor semakin keras. Jelas, tiga lagu tadi adalah alasan kuat mengapa mereka datang ke #KonserGajahTULUS Yogyakarta.
Sepatu berakhir, Tulus menghilang, lampu padam dan pemain musik turun panggung. Ending yang aneh. Sahut-sahutan “TULUS, TULUS, TULUS!!!” dan “Lagi, lagi, lagi!” memenuhi Grand Pacific Hall. Bisa ditebak, Tulus kembali dengan sebuah bunga, disusul seluruh pemain yang membagikan bunga. Kali ini saya cukup beruntung mendapatkan salah satunya. Jangan Cintai Aku Apa Adanya menjadi penutup yang epik dan apik. Siapa yang tidak tahu lagu ini? Bahkan musik video nya berhasil membuat saya menangis.
Bak kembang api, tembakan serpihan kertas mengakhir #KonserGajahTULUS Yogyakarta. Malam itu masuk dalam 10 malam yang terbaik dalam hidup saya. Dan #KonserGajahTULUS Yogyakarta adalah 175ribu paling worth it yang pernah saya bayarkan. Rating? Tentu saja Tulus mendapat 5 dari 5 bintang, maksimal!!! Terima kasih Tulus, saya tunggu karya-karya lainnya.
Hotel Cakra Kencana, Yogyakarta, 22 Maret 02.44 WIB